Minggu, 13 November 2011


PF-PPWI Sulawesi Utara Menggelar Event Berburu Foto selama 12 Hari

Poster Baru Selama lebih dari sebulan ini, sejak awal Oktober 2011, Pewarta Foto-PPWI Sulawesi Utara, sebuah organisasi yang mewadahi citizen photografer journalist menggelar Gerakan Peduli Lingkungan Lewat Foto. Sebuah aksi yang dilakukan untuk mengugah kepedulian masyarakat lewat karya foto.
Aksi Peduli Lingkungan tersebut dilaksanakan secara berseri dan berkesinambungan. Pada 22 oktober 2011 silam, PF-PPWI menggelar Hunting Foto bertema Sampah dan Pemukiman Kumuh. Kemudian dilanjutkan dengan Seri ke-2 dengan tema: Budaya, Religi dan Wisata di Desa Kali, Pineleng pada 29 Oktober 2011. Seri ke-3 peserta diajak mengunjungi salah satu Pulau Terluar NKRI yang masuk dalam Kawasan Taman Nasional Bunaken, yakni Pulau Mantehage, dengan tema Menumbuhkembangkan Kesadaran Cinta Lingkungan Pada Anak-Anak Pulau, yang dilaksanakan pada 2 November 2011.
Kesuksesan 3 seri Gerakan Peduli Lingkungan Lewat Foto tersebut kini dilanjutkan dengan seri ke-4 dengan skala jauh lebih besar. “Tidak tanggung-tanggung, kami mengunjungi 5 kabupaten di Sulawesi Utara dengan 8 lokasi dan 100 lebih objek foto. Ini menunjukkan keseriusan PF-PPWI dalam mengelar rangkaian seri hunting foto,” ungkap Andreas Tomie Danie selaku Ketua PF-PPWI Sulut.
Continue reading

Tengkorak Makalehi itu Tidak Mau Difoto bersama Kamga

P9080691 Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, atau yang sering disingkat sebagai SITARO, mempunyai salah satu pulau yang merupakan satu dari 99 pulau terluar Indonesia. Pulau Makalehi namanya. Masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Siau Barat, kini Pulau Makalehi sedang dalam persiapan menjadi satu kecamatan sendiri. Pulau ini pada tahun 2010 sempat menjadi tenar, karena merebut Juara Pertama dalam Lomba Desa Tingkat Nasional. Alhasil, Piagam Penghargaan itu, kini tergantung dengan megahnya di rumah Kepala Desa Makalehi.
Di Nusa Utara sendiri (sebutan untuk wilayah Talaud, Sangihe dan Sitaro) terdapat tiga pulau terluar. Pulau Marore (Kab. Sangihe), Pulau Miangas (Kab. Talaud) dan Pulau Makalehi sendiri yang berbatasan dengan wilayah Malaysia Timur. Luas Pulau Makalehi lebih kurang 300 ha. Penduduknya hampir semua bermata pencarian sebagai nelayan. Pulau ini juga terkenal sebagai penghasil pelaut-pelaut ulung. Beberapa diantaranya bahkan menjadi nahkoda kapal internasional.
Saya mengunjungi Makalehi pertama kali pada tahun 2007. Waktu itu sarana dan prasarana di pulau Makalehi masih sangat terbatas. Maklum, Sitaro baru memekarkan diri dari Kabupaten Induknya, Sangihe. Kini Makalehi telah berbenah. Sebagai salah satu Desa Teladan Nasional, berbagai fasilitas telah dibangun. Termasuk pelabuhan megah yang sementara diselesaikan pekerjaannya.
Pulau ini berbentuk kerucut yang terpancung oleh letusan dahsyat Kala Pilo-Plistosen. Kawahnya terbuka ke arah barat daya. Mengakibatkan Pulau ini sangat indah dilihat dari udara yang merupakan perpaduan pasir pantai, bertemu birunya laut yang bergradasi dari muda ke tua.
Kawah dari pulau ini membentuk sebuah danau yang sangat indah untuk dinikmati dari atas bukit yang mengelilinginya. Hampir seluruh masyarakat Makalehi hidup di sekitar danau. Namanya Danau Makalehi. Tentang keindahan danau ini, Host Explore Indonesia Kompas TV, Kamga berujar, “mungkin ini satu-satunya danau di Indonesia yang bisa saya katakan sebagai danau perawan. Tidak ada aktifitas apapun di tengah danau, seperti pemeliharaan ikan oleh masyarakat sekitar. Danau ini mungkin hanya untuk dinikmati oleh mata.” ujarnya ketika melakukan pengambilan gambar di tepi danau.
Continue reading

Kamga, Vokalis Tangga itu Nyaris Tenggelam


Sebuah pengalaman yang tak pernah akan aku lupakan terjadi pada 19 Oktober 2011 lalu. Ketika harus menemani Tim Explore Indonesia, salah satu acara di Kompas TV melakukan pengambilan gambar di Kabupaten Kepulauan Sitaro.
Sitaro, merupakan singkatan dari tiga pulau besar dari 47 pulau yang ada di kabupaten yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Utara. Dulunya kabupaten ini merupakan satu kesatuan dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tetapi sejak 4 tahun lalu, menjadi kabupaten sendiri.
Daerah ini menyimpan potensi perikanan dan kelautan yang melimpah. Pulau-pulaunya juga menyimpan potensi wisata yang sangat indah. Bahkan beberapa diantaranya bisa menjadi kandidat destinasi wisata bahari utama, jika dikelola dengan baik.
Tidak salah, jika Kompas TV lewat acara Explore Indonesia, memasukkan segmen Sitaro pada salah satu episodenya di Sulawesi Utara.  Mereka memilih Sitaro setelah membaca tulisan-tulisan saya mengenai potensi wisata daerah itu di http://sitaro.wordpress.com/category/sitaro/
Lalu saya pun memasukkan Pulau Makalehi, sebagai salah satu objek yang harus diambil. Disana ada Misteri Tengkorak Tembo Yonding, Danau Makalehi yang indah serta Patok dan Monumen Tapal Batas NKRI. Ya, karena Pulau Makalehi merupakan salah satu dari 99 pulau terluar NKRI. (Mengenai Pulau Makalehi akan saya tuliskan pada kesempatan lain, juga misteri tengkorak yang tidak berhasil difoto oleh Kamga)
Kami bertolak dari Manado hari selasa, 18 Oktober 2011. Dan langsung mengambil gambar di Pantai Panas Lehi yang sensional. Dan pada keesokan harinya kami ke Pulau Makalehi.
Continue reading

Pantai Panas Lehi membuat Tim Explore Indonesia Kompas TV Terkagum-kagum

IMG_1696
Explore Indonesia merupakan salah satu acara Kompas TV yang mengexplore tempat-tempat indah dan unik di Indonesia yang sebelumnya belum pernah terexpose atau sudah dikenal namun ditampilkan dengan sesuatu yang baru.
Minggu kedua Oktober 2011, saya dihubungi bagian Creative dan Produser Explore Indonesia. Percakapan via telepon yang cukup lama itu menanyakan soal potensi yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Sitaro. Beberapa tulisan saya mengenai keindahan pulau-pulau dijajaran Nusa Utara itu menarik perhatian mereka. Akhirnya kesepakatanpun dicapai, saya menemani perjalanan mereka ke Pulau Siau.
Dengan menggunakan Kapal Cepat Express Bahari, kami berangkat dari Pelabuhan Manado pada Selasa, 18 Oktober 2011. Kapal bertolak pukul 10.00 wita dengan cuaca yang sangat cerah. Begitu meninggalkan pelabuhan Manado, tim Explore Indonesia yang terdiri dari 4 personel itu sudah terkagum-kagum dengan laut dan langit yang sangat biru.
Tak tahan dengan keindahan itu, mereka pun melakukan pengambilan gambar di haluan kapal ketika melewati Pulau Manado Tua dan Bunaken. Host mereka, Kamga, yang juga vokalis group band Tangga harus berulang kali saya ajarkan untuk melafalkan dengan benar kata-kata seperti, Siau, Tagulandang, Biaro, Makalehi, Mahoro, Lehi dan beberapa tempat di Pulau Siau. Maklum, penyanyi yang satu ini keturunan Kamerun dan Palembang serta kental dengan dialek Jakarta.
Continue reading

Peduli Lingkungan Lewat Foto bersama PF-PPWI

1 Masalah lingkungan terutama sampah dan pemukiman kumuh menjadi masalah utama kota-kota besar di Indonesia. Demikian pula yang terjadi di Kota Manado yang sedang tumbuh menjadi kota metropolitan. Penanganan yang setengah hati terhadap lingkungan, membuat masyarakat harus “bersahabat” dengan lingkungan yang tidak sehat. Dan sampah seolah menjadi bagian yang harus dinikmati.
Sadar akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, terutama permasalah sampah dan pemukiman kumuh, Pewarta Foto-PPWI (PF-PPWI) Sulawesi Utara bekerjasama dengan Wildlife Conservation Society – Indonesia Program (WCS-IP), pada Sabtu 22 Oktober 2011 mengadakan aksi Hunting Foto.
Hunting Foto yang diberi tajuk Peduli Lingkungan Lewat Foto, Ngoni Buang Sampah Torank Foto ini, diikuti oleh puluhan fotografer di Manado. Menariknya, beberapa diantara peserta hunting foto tersebut merupakan kalangan akademisi yang disiplin ilmunya berkaitan dengan lingkungan dan masalah urban.
Continue reading

DUKUNG KOMODO MENJADI 7 KEAJAIBAN DUNIA BARU

Diambil dari: http://www.pilihkomodo.com
(Saya merepublish postingan berikut sebagai bagian dukungan terhadap Komodo untuk masuk dalam N7WS)
Setelah Candi Borobudur gagal memasuki 7 Keajaiban Dunia Baru untuk kategori keajaiban dunia hasil budaya manusia (man made) pada tahun 2007 dalam hasil polling dunia oleh New 7 wonders, diikuti dengan tidak lolosnya Gunung Anak Krakatau dan Danau Toba untuk kategori keajaiban alam, sekarang tinggal Taman Nasional Komodolah satu-satunya tumpuan harapan Indonesia untuk melaju ke babak final masuk 7 besar dalam N7WS Of Nature (Keajaiban Dunia Baru Kategori Alam).
BERAGAM FAKTA TENTANG KEAJAIBAN TAMAN NASIONAL KOMODO

  • Taman Nasional Komodo yang berdiri 1980 merupakan satu-satunya wilayah konservasi dimana didalamnya terdapat habitat asli satwa purbakala endemik Komodo.
  • Selain Komodo terdapat 25 spesies hewan darat dan burung yang dilindungi, juga flora langka seperti Kayu hitam (Diospyros javanica) dan bayur (Pterospermum diversifolium).
Continue reading

Kondisi Danau Limboto Semakin Memprihatinkan

_MG_6458 Pada Akhir Agustus 2011 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Provinsi Gorontalo.  Gorontalo merupakan provinsi ke-32 di Indonesia.  Sebelumnya Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 pada tertanggal 22 Desember 2000.
Provinsi yang memiliki luas wilayah 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1,038.585 jiwa (Sensus Penduduk 2010) ini, sedang mengalami kemajuan pesat dalam memacu pembangunannya. Terbukti, Fadel Muhammad mantan gubernur Bumi Hulondalo ini dipercayakan menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Program Minapolitan dari sosok yang disayangi rakyat Gorontalo ini menarik SBY untuk mengangkatnya sebagai pembantu dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Sampai dengan 2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabupaten (Kabupaten Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), dan 1 kota (Kota Gorontalo), dengan 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan.
Continue reading

Sebuah Ironi dari Bumi Porodisa: PENYU YANG DILINDUNGI DIJUAL BEBAS DI TEPI JALAN


Tanggal 29 September 2011 lalu, saya mendapat kesempatan berlayar bersama KRI Teluk Sampit 515 ke Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud.  Salah satu kapal perang RI bertipe LST (Landing Ship Tank) tersebut mendapat tugas mengangkut pasukan dari Lantamal VIII Manado, guna persiapan Peresmian Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Melonguane.
Kecamatan Melonguane merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud. Kabupeten hasil pemekaran dari Kabupaten induknya, Sangihe ini merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Negara Filipina. Kepulauan Talaud merupakan gugusan pulau-pulau terluar di bagian utara jazirah Sulawesi Utara yang merupakan daerah bahari. Mempunyai luas lautan 37.800 km persegi dan luas daratan hanya 1.251 km persegi, menjadikan Talaud rawan dari kegiatan ilegal fishing. Melonguane sendiri berjarak sekitar 271 mil laut dari ibukota Provinsi Sulawesi Utara, Manado. Salah satu pulau terjauhnya, Pulau Miangas, berbatasan langsung dengan Kota Davoa (berjarak kurang lebih 60 mil laut) dan Tanjung St. Agustin Mindanao, Filipina yang hanya berjarak 50.4  mil laut. Bandingkan jaraknya dengan Melonguane sejauh 129 mil laut.
Continue reading

PEWARTA FOTO WARGA: Menjadi seorang Citizen Photographer Journalist

Logo PF Tak dapat dipungkiri, kini Kamera dan aktivitas mengabadikan moment telah menjadi salah satu kebutuhan dalam kehidupan sosial masyarakat modern. Ketersediaan sarana untuk memotret yang telah terintegrasi sampai pada handset, sangat membantu dalam aktivitas ini. Tak heran disana-sini kita melihat dan terlibat secara langsung dalam mengabadikan setiap kejadian. Perkembangan teknologi Kamera Digital yang sangat pesat, juga memungkinkan orang dengan mudah memperoleh camera dengan beragam fitur dengan harga yang terjangkau.
Alhasil, hampir disetiap kesempatan kita melihat semakin banyak orang menenteng kamera kemana-mana. Dan, mengabadikan momentpun menjadi salah satu keharusan yang tak boleh terlewatkan.
Penetrasi jaringan internet yang berkembang sangat pesat dan dengan intensitas yang sangat masif, telah memungkinkan setiap orang dengan biaya yang sangat murah untuk berbagi apa saja dalam jaringan sosialnya. Kini, kejadian dalam skala rumah tanggapun bisa diketahui secepat kilat oleh seluruh jaringan sosial. Dalam dunia tanpa batas ini, semangat berbagi itu telah menempatkan setiap individu menjadi titik yang penting dalam menambahkan informasi terbaharu. Dan kegiatan motret-memotret berhasil menempatkan foto sebagai simpul utama dalam mensejarahkan kejadian.
Dengan hanya melihat sebuah foto, seribu satu deskripsi kejadian terwakili. Orang lebih suka melihat sebuah foto daripada membaca informasi yang panjang. Oleh sebab itu, tak heran beban terbesar lalu lintas jaringan internet sekarang, ada pada postingan foto.
Continue reading

Mereka Bilang, Memotret Itu Seperti Memasak

Kali ini saya memasak menu “Landscape di Danau Limboto”

_MG_6489 Memotret itu adalah seni, layaknya kegiatan memasak. Urusan dapur yang satu itu, bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi jika tidak dilakukan dengan “seni” maka sajian menunya biasa-biasa saja. Sebuah menu tradisional akan terasa sangat istimewa ketika diolah dan diberi improvisasi yang kreatif oleh seorang master chef.
Begitupula fotografi. Siapa saja bisa memotret, apalagi dengan kemajuan bidang fotografi saat sekarang, handset paling murah pun sudah dilengkapi dengan camera. Tetapi untuk menghasilkan foto yang “tidak biasa” diperlukan seni mengolahnya.
Layaknya memasak, kita harus mempersiapkan segala sesuatun agar sajian kita terasa “gurih dan garing.” Kali ini saya berkesempatan mengunjungi Gorontalo, provinsi yang memisahkan diri dari Sulawesi Utara ini punya bentangan lansekap yang indah. Gorontalo yang sebagian besar daerahnya merupakan dataran rendah menyimpan begitu banyak spot pemotretan. Hamparan luas persawahan yang rata merupakan satu pemandangan yang sangat menarik.
Continue reading
Ikuti

Get every new post delivered to your Inbox.