Sepur Kluthuk Jaladara adalah salah satu rangkaian kereta api tua yang masih beroperasi sampai saat ini, yakni sebagai kereta wisata di kota Solo. Perjalanan kereta ini dimulai dari Stasiun Purwosari, melewati satu dari sedikit jalur kereta yang berada di tengah kota yakni sepanjang jalan Slamet Riyadi dengan jarak sekitar 6 Km. Dalam perjalanan tersebut anda akan melihat beberapa daya tarik wisata kota Solo antara lain Rumah Dinas Walikota Surakarta, wisata batik dan Stasiun Solo Kota. Selain itu selama perjalanan anda akan disuguhi makanan tradisional, jamu tradisional, pertunjukan musik tradisional serta hiburan lainnya, semua itu sudah ada dalam satu paket wisata kereta kluthuk Jaladara kota Solo.
Sepur Klutuk Jaladara adalah sebuah kereta tua yang masih terawat dengan baik. Lokomotif kereta uap Djaladara ialah dari jenis C12 dengan nomor register C1218. Sebelum digunakan di kota Solo, kereta ini berada di museum Ambarawa. Atas inisiatif walikota Solo Joko Widodo atau Jokowi, bekerjasama dengan Perum Kereta Api, kereta ini didatangkan ke kota Solo dan dijadikan sebagai kereta wisata.
Sepur Klutuk Jaladara beroprasi pada hari sabtu dan minggu dengan tarif Rp.150.000 – Rp.200.000 / orang. Kereta ini juga bisa disewa dengan biaya Rp. 3.250.000.
Sejarah
Lokomotif C1218 merupakan lokomotif tua buatan pabrik Hartmann Jerman Pada tahun 1896. Lokomotif ini kemudian dibawa ke indonesia pada tahun yang sama untuk dioperasikan oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda pada masa itu yakni Staatsspoorwegen atau dikenal dengan singkatan SS, sebuah perusahaan kereta nasional Belanda. Pada mulanya lokomotif tersebut memiliki nomor register SS 457.
Lokomotif C1218 (jenis C12) adalah lokomotif yang relatif kecil serta didesain untuk angkutan jarak pendek dengan rute mendatar. Dengan berat sekitar 34 Ton, lokomotif ini memiliki tenaga 360 Hp dan mampu melaju sampai 50Km / Jam.
Dalam sejarah perkeretaapian kuno Indonesia, lokomotif kereta uap dari jenis D50 sampai dengan D52 adalah yang terkuat dan terbesar. Bobot lokomotif jenis ini mencapai 136 Ton dan mampu menghasilkan 1850 Tenaga Kuda (Hp). Pada masa kejayaannya, lokomotif uap jenis D52 mampu menempuh jarak Bandung – Yogyakarta – Surabaya hanya dengan waktu 11 Jam, atau sama dengan waktu tempuh kereta Argo yang jauh lebih modern.
Saat ini masih tersisa 3 Lokomotif dari jenis C12 dari 43 buah yang pernah ada di Indonesia, selain digunakan sebagai kereta wisata Jaladara, masih ada satu tersimpan di museum transportasi TMII dan satu lagi tersimpan di museum Ambarawa.
Lokomotif C1218 berbahan bakar kayu, kayu yang digunakan biasanya dari jenis kayu jati karena dikenal dapat menghasilkan panas lebih baik. Panas yang dihasilkan dari bakaran kayu tersebut digunakan untuk mendidihkan tungku yang berisi sekitar 3500 Liter air, uap yang dihasilkan digunakan sebagai tenaga penggerak dari roda kereta.
Selain lokomotif tua yang bersejarah, kereta Jaladara menarik 2 gerbong penumpang kuno yang terbuat dari kayu jati buatan tahun 1920
Tidak ada komentar:
Posting Komentar